Siang itu matahari sangat panas menyengat kulit aktivitas di
rumah sakit sangatlah padat, hari itu aku ditugaskan ke Makassar sekitar pukul
12.00 siang kami berangkat menuju rumah sakit wahidin sudirohusodo menggunakan
ambulance dan pak Rendi (nama samaran) sebagai sopir yang bertugas hari
itu,beliau salah satu sopir yang sabar,tidak banyak bicara dan sangat
telaten
mengemudi mobil,dan identik dengan topinya. Dalam perjalanan tiba-tiba ponselku
bordering, telepon dari salah satu teman sukarela yang juga dinas di paviliun
interna, beliau menyampaikan informasi bahwa teman-teman akan mengadakan aksi
mogok kerja, mendengar kata “mogok kerja “ aku bingung dan hampir saja
tidak memperhatikan kondisi pasien saat itu, pikiranku bercabang dan tak
menentu, bagaimana nasib aku jika mogok kerja??? Dan apa kata orang
tua,keluarga jika hal itu aku lakukan, ya allah aku tidak bisa membayangkan
wajah mereka, betapa kecewanya mereka jika mengetahui hal ini.
Dalam mobil ambulance aku duduk termenung dekat pintu dan
memandang wajah pasien di sampingku, tak lama kemudian kamipun tiba di ugd
wahidin sekitar pukul 18.00 petang, setelah serah terima pasien pak Rendi
istrahat di samping mobil depan ugd menikmati sebungkus rokok namun hanya dua
batang rokok yang dihabiskan, sedangkan aku juga duduk di depan ugd bersama
sahabatku Dika yang telah manunggu kedatanganku. Kamipun saling bercanda dan
tertawa meski aku tertawa namun di sisi lain aku sedih L kata mogok
kerja masih menghantui pikiranku,,apa yang harus aku lakukan?? Akupun mulai
menceritakan hal ini kepadanya namun dia menyarankan agar aku memikirkan resiko
yang akan terjadi jika hal ini aku lakukan.
Ya…allah berilah aku petunjukMu,
Setelah istrahat selama 20 menit, akupun pamit pulang ke
sinjai, dalam perjalanan pikiranku masih tidak tenang, hingga akhirnya aku
mengambil ponsel dan mendengarkan lagu sebagai penghibur, sebelum melanjutkan
perjalanan kami singgah di warung makan tepatnya di depan asrama haji sudiang,
aku memesan makanan seperti biasa, saat menikmati makanan yang disajikan
tiba-tiba beberapa pesan singkat masuk di ponselku,”mogok kerja mulai malam ini
“ ,aku bingung jika tiba di rumah sakit aku tidur di mana??? Selesai makan
malam kamipun melanjutkan perjalanan kembali aku mendengarkan lagu dan
menghayatinya, akupun terhibur dan sejenak melupakan kejadian tadi, tiga buah
lagu telah mengalun merdu di telingaku tiba-tiba beberapa pesan singkat dari
teman-teman sukarela menginformasikan bahwa besok ada pertemuan dengan korlap
yang bertempat di samping SD 23 dekat panti pijat.
Hhhaaaahhh………
Aku lelah pinggangku terasa remuk dan sakit, perlahan
kedua mata ini kupejamkan diiringi lagu dari almarhum Nike Ardilla, mendengar
vokalnya yang merdu akupun tertidur lelap dan tidak merasakan gelombang
perjalanan melewati cambah. Tak terasa pukul 03.30 dinihari kami tiba di rumah
sakit , aku dibangunkan oleh pak Rendi, kuusap mata ini dan dengan cepat aku
meninggalkan mobil, rumah sakit Nampak sunyi dan tak ada lagi petugas yang
berkeliaran mereka sedang menikmati istrahatnya. Di pintu masuk tempat jaga
satpam aku bertemu dengan pak Rifki (nama samara) salah satu satpam
yang aku kenal akrab member tahu bahwa sebagian teman tidak masuk kerja, beliau
menyuruhku untuk cepat masuk ke ruangan. Tanpa berpikir panjang akupun dengan
cepat melangkahkan kaki menuju ruangan. Alhamdulillah tiba di ruangan namun
aku kaget karena tak seorangpun teman sukarela yang masuk kerja yang ada hanya
kak Nila (nama samara) seorang diri, beliau salah satu pegawai negeri sipil
yang dinas malam itu, aku tak bisa banyak bicara karena lelah kulangkahkan kaki
menuju ruangan nuri untuk istrahat, kurebahkan tubuhku dan memejamkan mata
sejenak. Dua jam istrahat, aku terbangun mencuci muka dan kupandangi wajah kak
Nila yang manis itu nampaknya dia capek dan sangat lelah karena menangani
pasien yang lumayan banyak membuatnya tertidur pulas, tak sempat pamit aku
bergegas meninggalkan ruangan itu.
Setiba di rumah akupun istrahat selama tiga jam
kemudian siap-siap menuju secret tempat diadakannya pertemuan, setelah mendapat
izin dari mereka ( bapak dan ibu), akupun berangkat dalam perjalanan aku
membayangkan mereka,respon mereka ketika aku mogok kerja. Sekitar pukul 10.30
tiba di secret, aku terlambat 30 menit teman yang lain telah berkumpul dan
membahas masalah ini, secara diam-diam aku memperhatikan wajah-wajah mereka
yang ikut dan aku kenal mereka, diantara mereka tidak ada yang memiliki wajah
munafik dan pengkhianat dan aku sangat yakin mereka juga akan ikut dalam aksi
ini. Dalam pertemuan tersebut kami diberi penjelasan tujuan mengadakan aksi
mogok kerja hari senin tiada lain hanya untuk menyampaikan aspirasi teman-teman
sukarela yakni menuntut keadilan, mereka yakin dan merasakan adaanya
ketidakadilan diantara kami. Rencana ini telah tercium sejak hari
jumat(30/8/13) oleh pihak manajemen rumah sakit, namun kami tetap bertahan dan
semangat untuk hari senin, tak lupa aku mengisi absen, dengan teliti aku
memperhatikan daftar nama sukarela sekitar seratus lebih yang akan ikut aksi,
cara mereka berbicara sangat meyakinkan dan aku percaya diantara kami takkan
ada yang berkhianat, rapat selesai kamipun bubar.
Malam semakin larut aku tidak bisa tidur hanya kegelisahan
dan kebimbangan yang menemaniku. Beberapa nasehat yang diberikan oleh saudaraku,
sementara itu juga beberapa informasi yang aku dapat bahwa malam ini sebagian
teman di ugd yang tadi siang ikut pertemuan telah menandatangani surat yang
beredar, begitupula temen-teman yang ada di perawatn anak,bedah dan icu. Namun
tidak membuatku goyah akan adanya surat tersebut dan itu merupakan sebuah”intimidasi
“ dan keyakinanku begitu besar bahwa apa yang kami lakukan ini adalah
benar aku tidak ingin berkhianat , aku menghargai perjuangan teman-teman, dan
sangat salut karena mereka berani”Demi Mengungkap Kebenaran” dan aku siap
menanggung semua resiko yang akan terjadi.
Senin(02/9/13) sekitar pukul 07.30 kami berkumpul di depan
kpn tepatnya di samping warung bakso mas Fendi, saat itu juga pihak keamanan,lembaga
swadaya masyarakat dan media massa sinjai tv telah hadir, namun harapan tidak
sesuai dengan kenyataan, aku kecewa dan sangat terpukul dengan mereka yang
tidak ikut, dari seratus lebih sukarela yang ikut rapat hari sabtu(31/8/13),
hanya sekitar 30 orang yang mengikuti aksi dalam menyampaikan aspirasi di depan
rumah sakit, namun semua itu tidak mematahkan semangat kami karena apa yang
kami lakukan ini adalah BENAR dan mereka yang tidak mengikuti menilai bahwa apa
yang kami lakukan ini adalah SALAH. Ya allah mereka mengkhianati kamiL…..aksi
kami berjalan aman dan tidak ada tindak kekerasan di dalamnya, karena yang kami
lakukan adalah “aksi cerdas” saat menyampaikan aspirasi salah
satu pihak manajemen rumah sakit Nampak marah dan dengan lancang menunjuk kami
seakan tidak menyenangi cara kami, saat itu juga hadir kepala ruangan dan
penanggung jawab pavilion interna yang ingin melihat aksi kami, tidak
ketinggalan juga cameramen dari pihak rumah sakit pak Ardan (nama samaran)
nampaknya sibuk mengambil gambar kami. Lima belas menit berlangsung namun
aspirasi kami tidak mendapat tanggapan dari pihak manajemen rumah sakit, kami
dan pihak LSM memutuskan untuk ke kantor bupati dengan tujuan yang sama
menyampaikan aspirasi, setiba di halaman kantor bupati kami dipersilahkan masuk
menuju ruang pola bupati, sekitar 30 menit menunggu akhirnya asisten 1 dan
asisten 2 datang juga kedatangan kami disambut baik oleh mereka, namun kami
kaget karena dalam kesempatan itu hadir pula pihak manajemen rumah sakit
bersama teman-temannya. Setelah kami menyampaikan aspirasi dan menjelaskan
adanya intimidasi, mereka tidak menanggapi aspirasi kami malah mereka
memberikan kami siraman rohani yang membuat kami terlena dan menyuruh kami agar
kembali bekerja seperti biasanya, jika ada intimidasi berikutnya dan diantara
kami ada yang dikeluarkan, asisten 2 sebagai jaminan,”ungkap asisten 2 siang
itu.
Selasa (03/09/2013) sekitar pukul 11.00 siang pihak
manajemen mengundang kami ke pertemuan tersebut dan kamipun memenuhi undangan
mereka, kami berharap dalam pertemuan itu ada solusi cerdas yang diberikan pada
kami, sempat terjadi perdebatan yang menumpahkan air mata akupun tak bisa
menahan, aku menangis ketika mendengar isak tangis teman kami kak Rina,Reni dan
Randi (nama samaran) yang juga menyampaikan aspirasi siang itu. Namun apa yang
terjadi pihak manajemen rumah sakit tidak menanggapi dan bukan solusi cerdas
yang mereka berikan, mereka mengeluarkan kami secara lisan, mereka menilai kami
pembangkang, padahal apa yang kami lakukan ini benar, kami juga ingin dihargai
dan diakui, kami juga sama dengan mereka, jangan beda-bedakan kami, isak tangis
pun perlahan hilang setelah meninggalkan ruangan panas itu, kami yang
dikeluarkan dan hari itu juga tercatat sebagai mantan anggota rumah sakit
menuju secret untuk membicarakan solusi penanganan masalah ini, jujur aku
terpukul dan sedih mendengar semua ini, aku bingung ke mana harus mencari
kerja?? Ya allah kuatkan aku, mereka yang ada di dalam menikmati pekerjaannya
kami yang korban pengkhianatan mereka,,tapi aku yakin ada hikmah dibalik semua
ini,,J hingga akhirnya masalah ini ditangani oleh bapak bupati sinjai,
beliau menugaskan kepala dinas kesehatan untuk mengambil alih kami yang
berjumlah sekitar 50 orang, kami dikumpulkan di aula kantor dinas dengan
beberapa kepala puskesmas yang ada di kabupaten sinjai, dari hasil pertemuan
itu untuk sementara kami di tempat tugaskan di puskesmas, aku dan tiga orang
teman memilih puskesmas Bulupoddo dngan harapan dapat bekerja seperti waktu di
rumah sakit, namun harapan kami tidak sesuai dengan kenyataan kepala puskesmas
Bulupoddo akan mendistribusikan kami ke beberap pustu yang ada di wilayah
kecamatan Bulupoddo diantaranya pustu Jerrung di Lamatti Riawang,pustu Lamatti
Riaja,pustu Sereng di Duampanuae serta pustu yang ada di Tompo Bulu alasan
beliau mengirim kami karena di puskesmas tersebut telah banyak tenaga
sukarel,.dalam kesempatan itu kami diberi waktu memilih pustu mana yang akan
kami tempati dan akupun memilih pustu Sereng setelah musyawarah dengan orangtua
dengan alas an jaraknya tidak terlalu jauh serta warga di sana sangat ramah,
dan kuberi kesempatan kepada ketiga teman agar mereka tidak ke pustu yang sulit
mereka jangkau, berkorban demi teman tidak masalah buatku, surat tugas pun
telah dibuatkan oleh pak Hendra(nama samara) hari itu juga aku membawa surat
itu ke kantor camat dan kantor desa di Sereng sebagai tembusannya, jalan menuju
pustu Sereng mendukung dan jaraknya tidak begitu jauh yang membuatku yakin aku
pasti bisa. Setiba di kantor desa akupun menyerahan surat tugas tersebut ke
salah satu pegawainya berhubung hari itu pak Desa tidak ada di kantor, setelah
perkenalan akhirnya aku dan pegawainya akrab namanya ibu Nani beliau juga kenal
akrab dengan orang tuaku, saat itu beliau sempat menunjukkan lokasi
pustu tersebut, hhhhmmm…….lumayan pustunya besar di halamannya ada tanaman ubi
jalar milik ibu Nani, namun saying hari itu pustunya tidak terbuka karena tidak
seorangpun petugasnya masuk kerja. Menurut ibu nani petugasnya kadang datang
sekitar pukul 10.00 kalau begini setiap hari aku bisa jenuh tapi aku bersyukur
memilih pustu Sereng karena di sini banyak keluarga dan akupun berharap
secepatnya kami bisa kembali ke rumah sakit.
Sinjai, 24 September 2013
PUTRI LAMATTI
0 komentar:
Posting Komentar